Mahasiswa kebidanan dikenal dengan rutinitas yang padat. Mereka harus mengikuti perkuliahan teori, praktik laboratorium, hingga terjun langsung ke lapangan melalui praktik klinik. Semua ini tentu menyita energi, pikiran, dan waktu. Dalam kondisi seperti itu, liburan bukan lagi sekadar pilihan, melainkan kebutuhan. Pertanyaannya, seberapa sering mahasiswa kebidanan membutuhkan liburan agar tetap sehat dan produktif?
Pentingnya Liburan untuk Menjaga Kesehatan Mental
Beban akademik mahasiswa kebidanan sering kali menimbulkan tekanan mental yang tinggi. Menurut data World Health Organization tahun 2022, sekitar 15% mahasiswa di seluruh dunia mengalami gangguan kesehatan mental ringan hingga berat akibat stres akademik. Liburan menjadi salah satu cara efektif untuk meredakan ketegangan tersebut. Melalui kegiatan sederhana seperti berjalan-jalan ke alam terbuka, berkunjung ke pantai, atau sekadar menikmati suasana baru di luar kampus, mahasiswa dapat mengurangi tingkat stres dan mengembalikan semangat belajar.
Liburan yang dilakukan setidaknya satu hingga dua kali dalam satu semester terbukti dapat meningkatkan konsentrasi. Hasil riset dari American Psychological Association menunjukkan bahwa jeda liburan dapat meningkatkan produktivitas hingga 31%. Angka ini membuktikan bahwa liburan bukanlah pemborosan, tetapi investasi untuk kesehatan mental dan akademik.
Manfaat Fisik dari Liburan Rutin
Selain mental, kesehatan fisik mahasiswa kebidanan juga terjaga dengan liburan. Aktivitas seperti hiking, berenang, atau jalan santai mampu meningkatkan daya tahan tubuh. Kegiatan tersebut membantu melancarkan peredaran darah dan memperkuat sistem imun. Data dari Kementerian Kesehatan Indonesia tahun 2023 menyebutkan bahwa aktivitas fisik minimal 150 menit per minggu dapat menurunkan risiko penyakit kronis hingga 25%.
Dengan jadwal padat, mahasiswa kebidanan sering kali kurang olahraga. Liburan bisa menjadi solusi untuk menggabungkan hiburan dan aktivitas fisik dalam satu waktu. Misalnya, mahasiswa kebidanan trip ke air terjun dapat sekaligus melatih kebugaran tubuh karena harus berjalan di jalur alami yang menantang.
Seberapa Sering Idealnya Mahasiswa Liburan?
Tidak ada patokan baku mengenai frekuensi liburan untuk mahasiswa, tetapi para ahli menyarankan agar liburan dilakukan secara berkala. Minimal, mahasiswa kebidanan dapat merencanakan liburan singkat setiap dua bulan sekali untuk menghindari kejenuhan. Liburan panjang dapat dilakukan saat jeda semester atau setelah menyelesaikan ujian besar.
Beberapa jenis liburan yang bisa dipilih mahasiswa kebidanan antara lain:
- Mengunjungi destinasi alam seperti pantai, gunung, atau air terjun.
- Liburan singkat ke kota terdekat untuk kuliner atau wisata budaya.
- Kegiatan outbound untuk mempererat hubungan dengan teman seangkatan.
- Staycation di penginapan sederhana untuk melepas penat.
- Ikut kegiatan sosial atau relawan di luar kota.
Sebuah Strategi
Liburan adalah kebutuhan penting bagi mahasiswa kebidanan, baik untuk menjaga kesehatan mental maupun fisik. Dengan frekuensi liburan yang tepat, mereka dapat mengurangi risiko stres, meningkatkan konsentrasi, serta memperkuat sistem imun. Fakta dan data yang ada menunjukkan bahwa liburan mampu memberikan dampak nyata terhadap produktivitas akademik.
Oleh karena itu, mahasiswa kebidanan sebaiknya tidak menganggap liburan sebagai pemborosan, tetapi sebagai bagian dari strategi menjaga keseimbangan hidup. Dengan demikian, mereka bisa tetap fokus belajar sekaligus menikmati masa muda dengan pengalaman berharga.
